Berterimakasih Untuk Sebulir Nasi

Kalau Engkau menghadap hidangan

Pikirkanlah berapa ramai orang yang membuat jasa

Nasi jasa petani ikan jasa nelayan

Sedangkan mereka miskin 

membajak sawah

Cuplikan sajak Abuya diatas, kalau benar-benar kita hayati, kita akan merasa malu dengan Tuhan. Makanan yang ada di hadapan kita terlalu banyak yang terlibat memberikan jasa sehingga ada di depan kita. Akal kita tak sanggup menghitungnya. Coba saja kalau tidak percaya.  Coba kita pikirkan hikayat satu bulir nasi.Siapa saja yang berjasa?

  1. Orang-orang yang bertungkus lumus meneliti benih padi.
  2. petani yang menanamnya
  3. buruh-buruh yang menjaga padi dan merawatnya
  4. pedagang pupuk dan obat anti hama
  5. buruh-buruh pabrik pupuk
  6. engineer-enginer yang mendesain pabrik pupuk
  7. Buruh-buruh yang memanggul-manggul pipa dan scaffolding dalam membangun pabrik pupuk
  8. para mandor yang mengawasi pabrik pupuk
  9. pupuk bahan dasarnya adalah gas, artinya orang-orang yang kerja di kilang minyak/gas juga turut berjasa
  10. buruh-buruh yang mengaspal jalan
  11. buruh-buruh pabrik truck
  12. sopir-sopir yang mengemudi truck
  13. Pak Polisi yang mengatur lalu lintas
  14. buruh-buruh yang mengangkat karung-karung beras
  15. para padagang yang mengedarkan beras
  16. Ibu yang memasakkan untuk kita
  17. Buruh pabrik rice cooker
  18. dan masih banyak lagi

 Tak sanggup akal kita untuk menghitung berapa banyak orang yang berjasa pada sebutir nasi yang akan kita makan. Sedihnya hati kita tak mampu berterimakasih kepada mereka semua. Kita memang tak pandai berterimakasih. Wahai Tuhan ampunkanlah kami yang tak pandai berterimakasih untuk nikmatMu yang berupa satu bulir nasi. Untuk nikmatMu yang sebulir nasi saja kami tak sanggup berterimakasih, lebih-lebih lagilah terhadap nikmatMu yang lain.Ampunkanlah atas kelemahan hambaMu ini. 

This entry was posted in Makhfud Opinion. Bookmark the permalink.

5 Responses to Berterimakasih Untuk Sebulir Nasi

  1. aboutmiracle says:

    Mas Makhfud, saya jadi mikir, ternyata makhluk yang namanya manusia ( meskipun dia lulusan ITB sekalipun. Baca :yang pandai kononnya ) tak mampu mendatangkan sendiri hatta sebutir nasi yang ada di hadapannya.

    Lemahnya manusia itu, manusia perlu kepada manusia lain, bahkan beribu2 manusia lain. Tapi kita sering tak sadar,sombong, tak tahu malu, dan tak bersyukur, kita juga tak pernah perhatian pada nasib saudara2 kita petani, sopir truk, etc.

    Berarti kalau beli ikan dan beras ntar ngga usah ditawar ya mas…?iya ngga sih?kan itung2 sedekah untuk mereka? 🙂

  2. heliconia says:

    Iya, pendapatan mereka untuk seminggu kadang2 sama pendapatan orang2 kaya untuk 1 jam.

    Saya pernah dengar, jika bab membeli makanan, Abuya tidak pernah tawar menawar ..

    Jika ada kenaikan harga barang, atau petrol, selalunya orang2 susah akan terasa bebannya..namun orang yg banyak duit tiada apa2…

    kasihanilah saudara2 kita..

  3. Makhfud says:

    Setiap tengok kawan-kawan yang sedang bekerja di platform saya selalu perhati nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan di sekitar platform. Dihempas dan dilambung ombak.

    Memandang mereka rasa sayu hati ini, kapankah akan datang seorang pembela yang akan membela nasib mereka?

  4. aboutmiracle says:

    Pembela yang akan membela iman mereka…Coba bayangkan, hidup mati mereka sekedar untuk makan, menggadai nyawa, dihempas dan dilambung ombak untuk sesuap nasi, paling banter untuk menghidupi keluarga.

    Alangkah indahnya jika mereka sanggup begitu karena Tuhan… 🙂 mau miskin mau kaya insyaAllah selamat.. 🙂

  5. barokah says:

    Kita tak mampu hidup sendiri rupanya. Sedar atau tidak kita membutuhkan manusia lain hanya untuk sedikit keprluan kita. Lemahnya kita. Yang paling kita perlukan ialah Tuhan yang mencipta kita.

    Apalah gunanya sombong sesama manusia sedangkan kita tak mampu bersendirian.

    Aduh..lagi takut kalau sombong dengan Tuhan.

Leave a comment