Susahnya Melawan Nafsu

Dalam perjalan pulang dari medan Badar, Rasulullah bersabda: “Kita baru balik dari peperangan kecil menuju peperangan yang maha besar.” Para Sahabat bertanya: Peperangan apakah itu ya Rasulullah?” Jawab baginda: “Perang melawan nafsu.” (Riwayat Al Baihaqi)

Ketika diajak berperang melawan hawa nafsu sebagian orang berkata:

“Dimana susahnya melawan hawa nafsu?”

“Betulkah hawa nafsu susah untuk diperangi?”

“Saya tidak ada masalah dengan nafsu saya.”

Kepada orang yang bertanya seperti itu, kita coba buat sebuah perumpamaan supaya golongan yang menolak memerangi hawa nafsu ini dapat memahami.

Nafsu yang jahat ini ibarat seperti pencuri. Pencuri itu tidak pernah merasa susah dengan profesinya karena itu adalah pekerjaan mereka. Mereka puas dengan mencuri dan akan akan merasa gelisah kalau tidak mencuri. Tetapi, yang merasa susah adalah pihak korbannya. Dia merasa susah karena gangguan pencuri, susah mendeteksi siapa pencuri itu karena pencuri tidak pernah mendeklarasikan diri, dan susah untuk melawan serta memusnahkan gangguan pencuri itu.

Nafsu adalah pencuri dalam diri kita. Dia mencuri amal ibadah kita, dia mencuri keikhlasan kita, mencuri kesabaran kita yang lebih parah lagi adalah dia mencuri cinta kita kepada Allah.

Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi, memberikan contoh bagaimana susahnya kita melawan nafsu.

Kalau ada orang yang mencaci maki, mengumpat, dan menghina di depan atau di belakang kita, bagaimana sikap kita? Dapatkah hati kita merasa senang dan tenang? Apakah mudah bagi kita untuk meredam amarah dalam dada kita yang sudah bergolak? Dapatkah kita biarkan saja tanpa sakit hati dan dendam? Dapatkah kita ucapkan “assalamualaikum” dan meninggalkannya dengan muka manis?Mampukah kita memaafkannya? Tentu susah dan tidak mudah. Apalagi hendak berbuat baik kepadanya seperti tuntunan Baginda Rasulullah SAW: “Berbuatlah baik pada orang yang berbuat jahat padamu.”

Nafsu kita memang sungguh amat jahat, Allah menyatakannya dalam Al Quran: “sesungguhnya nafsu itu amat mengajak kepada kejahatan”. (Yusuf: 53). Oleh karena itu untuk melawannya amat susah sedangkan mengikutinya amat mudah karena musuh sudah menjadi kawan.

“Siapakah yang dianggap pahlawan itu?” Kata Sahabat: “Mereka yang tidak dapat dikalahkan (dalam peperangan).” Nabi menjawab: “(Orang yang dianggap pahlawan itu) ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Riwayat Ibnu Atsir)

This entry was posted in Akhlak, Nasehat, Peristiwa Akhir Zaman, Perjuangan and tagged , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Susahnya Melawan Nafsu

  1. NisanKu says:

    Entri ini menarik..buat pedoman dan ikhtibar.

  2. summayyah says:

    alhamdulillah atas semua yang telah engkau titpkan… semoga idunya kita diberkahi ALLAH..

Leave a comment